1.
Pengertian dan Sejarah
Globalisasi
a. Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia,
globalisasi diartikan sebagai suatu proses masuknya ke ruang lingkup dunia.[1]
Menurut Achmad Suparman, globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa
dibatasi oleh wilayah.[2]
Globalisasi merupakan kecenderungan
masyarakat untuk menyatu dengan dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan media komunikasi massa. Selain itu, para cendekiawan Barat
mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses kehidupan yang serba luas,
tidak terbatas, dan merangkum segala aspek kehidupan, seperti politik, sosial,
dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia di dunia.
Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan
yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan.
Mengingat bahwa dunia ditandai oleh kema jemukan (pluralitas) budaya maka
globalisasi sebagai prosesjuga ditandai sebagai suatu peristiwa yang terjadi di
seluruh dunia secara lintas budaya yang sekaligus mewujudkan proses saling
memengaruhi antarbudaya. Pertemuan antarbudaya itu tidak selalu berlangsung
sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga sebagai proses
dominasi budaya yang satu terhadap lainnya. Misalnya pengaruh budaya Barat
lebih kuat terhadap budaya di negara Timur.
Pendapat lain tentang globalisasi adalah
sebagai berikut:[3]
a. A. G. McGrew
Globalisasi mengacu pada keserbaragaman
hubungan dan saling keterkaitan antar masyarakat yang membentuk sistem dunia
modern. Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan
kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi
berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.
b. Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial di
mana halangan-halangan bersifat geografis pada tatanan sosial dan budaya
semakin menyusut dan setiap orang kian sadar bahwa mereka semakin dekat satu
sama lain.
c. Emmanuel Richter
Jaringan kerja globalisasi yang secara
bersamaan manyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi
dalam planet ini ke dalam ketergantungan dan persatuan dunia.
d. Thomas L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideology dan
teknlogi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan
dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
e. Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat
cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia
dalam hal perdagangan dan keuangan.
f. Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang
perniagaan dan ekonomi namun juga mencakup globalisasi institusi-institusi
demokratis, pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan pergerakan wanita
b. Sejarah Globalisasi
Globalisasi Pertama menurut Kennedy
terjadi pada 1850-1914, dimulai dari penyebaran nilailiberal dalam perekonomian
sebagaimana tecermin dalam Napoleonic Code, yang merupakan sumber Kitab Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek) kita. Penekanan dalam periode ini meliputisoal
kebebasan dan kebendaan individu. Dari sudut hukum ekonomi internasional,
periode inimenyaksikan munculnya konsep tentang perdagangan bebas dan gold
standard. Pemikiran hukumnya banyak bersumber dari FK von Sa vigny dan
berhasil masuk ke Inggris sertaAmerika dalam bentuk positivisme hukum (legal
positivism).
Indonesia sendiri mengalami
Globalisasi Pertama dalam statusnya sebagai koloni HindiaBelanda. Sebagai
koloni, pluralisme hukum terbentuk antara hukum Barat yang hidup berdampingan
dan sistem hukum adat/lokal yang ada di Indonesia saat itu. Dalam sejarah
republik kita, Globalisasi Kedua berlangsung paling lama: sejak kemerdekaan sampai
akhir Orde Baru. Ada nilai nilai nasionalisme dan pluralisme hukum yang masuk sebelum
kemerdekaan. Sedangkan masa setelah Orde Baru ditandai dengan masuknya aliran hukum
”Law and Development” sesuai dengan anutan elite hukum di Indonesia. Pemerintah
saat itu pun melihat manfaat untuk mengkonsepsikan hukum dan pranata hukum,
termasuk cabang yudikatif, sebagai alat dan sarana tujuan tertentu, yaitu
”pembangunan”. [4]
Namun ada pendapat lain bawasannya
menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan
bangkitnya ekonomi internasional. Namun sebenarnya globalisasi sudah mulai muncul
sejak berabad-abad yang lalu, bila ditelusuri. Sejarah mencatat bahwa pada
awalnya globalisasi terjadi pada aspek ekonomi saja yang ditandai oleh adanya
perdagangan internasional. Dalam perkembangannya globalisasi melalui beberapa
fase, sebagai berikut: [5]
1) Fase
pertama, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal
perdagangan antar negera sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Para pedagang Cina dan
India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat ( jalur sutera )
maupun jalan laut untuk berdagang.
2) Fase
kedua ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum
muslim membentuk jaringan perdagangan yang meliputi Jepang, Cina, Vietnam,
Indonesia, Malaka, India, Persia, Pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia dan
Genoa. Kaum pedagang Muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama,
abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
3) Fase
ketiga ditandai kebutuhan akan bahan baku industri, yang mendorong eksplorasi
besar-besaran oleh bangsa Eropa, Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda. Hal ini
didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan
antar bangsa dunia.
4) Fase
keempat ditandai semakin berkembangnya industri dan kebutuhan bahan baku serta
pasar yang kemudian mendorong berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di
Indonesia contohnya sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan
Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia seperti Freeport dan Exxon
dari AS, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris.
5) Fase
kelima terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir
dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran
bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan
semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
a. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet
menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara
melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal
dari budaya yang berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi
saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan
pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa
(terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan
pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya
dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan
hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan
Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme,
sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan
bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian
dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan
selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta
kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan
globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam
kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat,
yaitu:
a. Para globalis percaya
bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata
terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya
bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi
global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat
sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
1) Para globalis positif
dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan
bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung
jawab.
2) Para globalis pesimis
berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal
tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi
yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari
mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
b. Para tradisionalis
tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa
fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu
dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah
kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
c. Para
transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka
setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para
globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita
menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa
globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang
saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar
tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini
bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat
dikendalikan.
4.
Macam - Macam Globalisasi
a. Globalisasi Ekonomi
Globalisasi dalam
konteks perekonomian, sebenarnya bukanlah fenomena baru dalam sejarah peradaban
dunia. Jauh sebelum kemunculan nation-state, perdagangan dan migrasi
lintas benua sudah berlangsung sejak lama.[8]
Bangsa China dan India sudah melakukan perdagangan lintas negara pada sekitar
tahun 1000 dan 1500 M melalui jalur darat maupun laut. Kemudian pada kisaran
kurang lebih sejak lima abad yang lalu, perusahaan-perusahaan dari beberapa
negara maju sudah meluaskan jangkauannya ke berbagai negara melalui aktivitas
produksi dan perdagangan internasional.[9]
Globalisasi
perekonomian sejatinya merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara
di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan
batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan
penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi
ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan
antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari
dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka
peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari
globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
a. Globalisasi Produksi
Aplikasi dari globalisasi produksi ditandai dengan
banyaknya perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi lebih
rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah,
infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang
kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
b. Globalisasi Pembiayaan
Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh
pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di
semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak
satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan
tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer)
bersama mitrausaha dari manca negara.
c. Globalisasi Tenaga
Kerja
Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja
dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil
dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar
yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human
movement akan semakin mudah dan bebas.
d. Globalisasi Jaringan
Informasi
Masyarakat suatu negara dengan
mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena
kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan
jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke
berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC,
celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera
masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada
selera global.
e. Globalisasi Perdagangan
Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan
penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan
demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah
terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan
internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi
bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar
dunia.
b.
Globalisasi Politik
Seperti yang telah disebutkan diatas,
globalisasi tidak hanya meliputi bidang ekonomi, namun meliputi segala aspek
kehidupan masyarakat. Aspek politik pun tidak luput dari globalisasi tersebut.
Ketika mendengar ungkapan “politik global” yang ada di benak kita adalah
percaturan perebutan kekuasaan, dan pengaruh di dunia global antara
kekuatan-kekuatan besar di dunia. Percaturan tersebut kadang berupa proses
politik yang melibatkan banyak negara, lembaga internasional dan kepentingan
kelompok tertentu. Percaturan tersebut juga kadang terjadi dengan diwarnai
pertempuran antar kekuatan militer yang menyimpan banyak kepentingan di
belakangnya, seperti yang kita saksikan dalam pertempuran-pertempuran di
Afghanistan dan Iraq. Seperti sebuah negara, dunia global telah mempunyai
dinamika politiknya sendiri.[10]
Bagi Indonesia sendiri banyak juga hal-hal
positif yang bisa dirasakan oleh bangsa dari dinamika percaturan politik global
saat ini, namun rasanya lebih banyak lagi dampak-dampak negatif yang telah
dirasakan oleh bangsa kita, baik pemerintahnya maupun masyarakatnya. Bangsa
kita lebih banyak menjadi korban percaturan politik global ataukah menjadi
pemeran.
Rasanya sejauh ini bangsa kita lebih
banyak menjadi korban dari pada menjadi pemeran dalam percaturan politk global.
Suatu contoh, belitan hutang luar negeri
yang tidak kunjung lepas, nilai tukar mata uang kita yang terus terpuruk,
perusahaan-perusahaan asing yang menguasai ladang-ladang mineral kita, tenaga
kerja kita yang dibeli secara murah di luar negeri, aset-aset penting kita juga
tidak sedikit yang dikuasai oleh kekuatan asing dan bahkan kebutuhan dasar
seperti beras di negeri kita yang subur itu juga telah tergantung pada pasar
asing. Di lain pihak bangsa kita juga ternyata sama sekali tidak tahan terhadap
dengan kekuatan-kekuatan destruktif global seperti gerakan terorisme,
sparatisme, radikalisme dan bahkan jaringan obat terlarang global. Ini
menunjukkan betapa nasionalisme bangsa kita sebenarnya telah banyak terkikis
oleh internasionalisme.
c. Globalisasi Pendidikan
Pendidikan
merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Tiga persoalan ini sangat
berpengaruh dalam perkembangan dunia pendidikan. Sebab peningkatan SDM, yang
menjadi tugas dan tanggung jawab utama pendidikan, sangat dipengaruhi faktor globalisasi
dan teknologi. Pengaruh globalisasi, kemajuan teknologi dan informasi serta
perubahan nilai-nilai sosial harus diperhitungkan dalam penyelenggaran
pendidikan, apalagi tanggung jawab dunia pendidikan untuk mencapai tujuan pokok
melahirkan manusia yang berkualitas.
Pendidikan
mulai diperhitungkan lebih serius sebagai tonggak utama dalam pertumbuhan dan
pembangunan dalam konsepsi knowledge economy, terutama karena terjadinya
pergeseran besar dari orientasi kerja otot (muscles work) ke kerja mental
(mental works). Dalam konsepsi ini, peranan dan penguasaan informasi sedemikian
vitalnya, sehingga kebutuhan dalam proses pengumpulan, penyaringan, dan analisa
informasi menjadi sedemikian penting.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus
globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Teknologi
berkembang sangat pesat, pemerintah juga jadi kerepotan dan akhirnya mengubah
kurikulum pendidikan di Indonesia disesuaikan dengan tuntutan era globalisasi.
Padahal kurikulum di Indonesia itu sudah berulang kali dimodifikasi, bahkan
diubah-ubah. Bahkan sering ada anggapan bahwa setiap kali ganti menteri tentu
ganti kurikulum. Yang lebih membingungkan lagi, setiap terjadi perubahan
pendekatan atau teori selalu disertai dengan berbagai jargon dan
istilah-istilah baru. Dulu CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), kemudian link and
match, kemudian KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan terakhir adalah KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Berikutnya entah berbasis apa lagi.
Ujungnya selalu saja ganti buku, ganti cara membuat persiapan mengajar, ganti
cara ulangan, ganti cara tampil di kelas dan sebagainya. Bahkan, sering
terjadi, kurikulum telah dimodifikasi lagi ketika kurikulum lama belum sampai
di sekolah.
Globalisasi
seperti gelombang yang akan menerjang, tidak ada kompromi, kalau kita tidak
siap maka kita akan diterjang, kalau kita tidak mampu maka kita akan menjadi
orang tak berguna dan kita hanya akan jadi penonton saja. Akibatnya banyak
Desakan dari orang tua yang menuntut sekolah menyelenggarakan pendidikan
bertaraf internasional dan desakan dari siswa untuk bisa ikut ujian sertifikasi
internasional. Sehingga sekolah yang masih konvensional banyak ditinggalkan
siswa dan pada akhirnya banyak pula yang gulung tikar alias tutup karena tidak
mendapatkan siswa.
Implikasinya,
muncullah :
a. Home
schooling, yang melayani siswa memenuhi harapan siswa dan orang tua karena
tuntutan global
b. Virtual
School dan Virtual University
Munculnya
alternatif lain dalam memilih pendidikan
c. Model
Cross Border Supply, yaitu pembelajaran jarak jauh (distance learning),
pendidikan maya (virtual education) yang diadakan oleh Perguruan Tinggi Asing ;
contohnya United Kingdom Open University dan Michigan Virtual University.
d. Model
Consumption Aboard, lembaga pendidikan suatu negara menjual jasa pendidikan
dengan menghadirkan konsumen dari negara lain; contoh : yaitu hadirnya banyak
para pemuda Indonesia menuntut ilmu membeli jasa pendidikan ke lembaga-lembaga
pendidikan ternama yang ada di luar negeri.
e. Model
Movement of Natural Persons. Dalam hal ini lembaga pendidikan di suatu negara
menjual jasa pendidikan ke konsumen di negara lain dengan cara mengirimkan
personelnya ke negara konsumen. Contohnya dengan mendatangkan dosen tamu dari
luar negeri bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di Indonesia (tidak
gratis tentunya).
f. Model
Commercial Presence, yaitu penjualan jasa pendidikan oleh lembaga di suatu
negara bagi konsumen yang berada di negara lain dengan mewajibkan kehadiran
secara fisik lembaga penjual jasa dari negara tersebut.
d. Globalisasi Budaya
Globalisasi memengaruhi
hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya
aspek budaya. Kebudayaan dapat
diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun
persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik
nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis,
yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi
penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat
dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.
Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan
subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai
sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya
dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari
persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966
).
Namun, perkembangan
globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan
berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik
sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan
komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin
cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri berkembangnya
globalisasi kebudayaan antara lain:
1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
2. Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism),
dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar
kebudayaannya.
7. Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
8. Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui
perkembangan media massa
5. Dampak Globalisasi
a. Dampak Positif
1) Mudah memperoleh
informasi dan ilmu pengetahuan
2) Mudah melakukan
komunikasi
3) Cepat dalam bepergian
(mobilitas tinggi)
4) Menumbuhkan sikap
kosmopolitan dan toleran
5) Memacu untuk
meningkatkan kualitas diri
6) Mudah memenuhi
kebutuhan
b. Dampak Negatif
1) Informasi yang tidak
tersaring
2) Perilaku konsumtif
3) Membuat sikap menutup
diri, berpikir sempit
4) Pemborosan
pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5) Mudah terpengaruh
oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara
C. KESIMPULAN
1. Menurut asal katanya,
kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Dalam
kamus lengkap bahasa Indonesia, globalisasi diartikan sebagai suatu proses
masuknya ke ruang lingkup dunia. Menurut
Achmad Suparman, globalisasi adalah
suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap
individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
2. globalisasi
sudah mulai muncul sejak berabad-abad yang lalu, bila ditelusuri. Sejarah
mencatat bahwa pada awalnya globalisasi terjadi pada aspek ekonomi saja yang
ditandai oleh adanya perdagangan internasional. Namun ada pendapat lain
bawasannya menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional.
Berikut
ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di
dunia.
3.
Ciri- ciri dari globalisasi antara
lain: Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu, Pasar dan produksi ekonomi di
negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari
pertumbuhan perdagangan internasional,
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media
massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional), dan Meningkatnya masalah
bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi
regional dan lain-lain.
4. Teori dari globalisasi antara lain: terdapat tiga posisi
teoritis yang dapat dilihat, yaitu: pertama, Para globalis yang terdiri
dari Para globalis positif dan optimistis,Para globalis pesimis. Kedua,Para
tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Ketiga,Para
transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis.
5. Macam- macam globalisasi yaitu: globalisasi di bidang ekonomi,
di bidang politik, pendidikan dan yang terakhir dibidang budaya.
[3] Mustofa.2011. (online) Pengertian Globalisasi.
(http://mustofasmp2.wordpress.com/2011/01/03/pengertian-globalisasi/, diakses tgl 10 Desember 2011)
[5] Mustofa. 2009. (online) Sejarah Globalisasi.
(http://mustofasmp2.wordpress.com/2009/01/02/sejarah-globalisasi/. Diakses tgl 10 desember 2011)
[9] Khor, Globalisasi:
Perangkap Negara-Negara Selatan, (Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat
Cerdas, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar