A.
POKOK PEMBAHASAN
1.
KAPITALISME
a. Pengertian
Kapitalisme
1) Secara Etimologi
Kapital berasal dari kata Latin. caput
yang berarti “kepala”Arti ini menjadi jelas, misalnya
dalam istilah “pendapatan per kapita” – pendapatan per kepala. Juga masih konsisten,
ketika dipakai untuk, misalnya capital
city – kota utama.
Apa hubungannya dengan “capital” yang lain – yang sering kita terjemahkan
sebagai “modal”? Konon kekayaan penduduk Romawi kuno diukur oleh berapa kepala hewan ternak yang ia miliki.1 Semakin banyak caput-nya,
semakin sejahtera. Tidak mengherankan, jika kemudian mereka “mengumpulkan”
sebanyak-banyaknya caput. Sekarang jelas sudah, mengapa kita
menterjemahkan capital sebagai “modal”. Lantas, kita tahu bahwa ism mengacu
kepada “paham”, “ideologi”: cara pandang atau
cara hidup yang diterima oleh sekelompok luas
masyarakat dan karenanya menjadi konvensi. Sebenarnya mudah saja mengartikan
“kapitalisme”, setelah kita setuju bahwa “kapital” adalah “modal”. Kapitalisme
adalah modal-isme: paham yang berdasarkan modal.[1]
Pengertian kapitalisme menurut
Oxford Dictotionary adalah “ capitalism
is economic system with ownerhsip and control of capital inprivate hands”.[2]
Pengertian kapitalisme menurut Kamus Induk Populer adalah suatu sistem atau
faham ekonomi (perekonomian) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: modal
yang digunakan secara besar-besaran dalam produksi, kebebasan yang relatif
besar dalam kegiatan perekonomian, sumber modal berasal dari modal partikelir (pribadi,swasta)
atau dari perusahaan-perusahan swasta, pelaku ekonomi dapat bersaing bebas di
primer bebas, pemerintah tidak berperan secara langsung dan penting dalam
kehidupan perekonomian, kebebasan individu
(bagi para pelaku ekonomi) untuk mengadakan perjanjian –perjanjian
dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang
dipilihnya sendiri guna memperoleh laba dan keuntungannya, adanya
serikat-serikat buruh yang mempunyai kekuasaan dan sebagainya.[3]
Dan sedangkan pengertian kapitalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sistem dan faham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanaman
modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal
perusahaan perusahaan swasta dengan ciri
persamaaan di pasaran bebas.[4]
2) Secara Termologi
Kapitalisme adalah suatu proses ekonomi yang dinamis yang berbeda
dalam suatu tatanan sosial yang tetap dan terutama sekali mengenai perbedaan-
perbedaan khas dalam masyarakat itu. Dan dapat diartikan kapitalisme adalah
suaitu sistem perekonomian di mana alat- alat produksi seperti pabrik, ladang,
tambang dan sebagainya dimiliki oleh perorangan atau perusahaan dan dimana cara
utama dalam pembagian pendapatan ditentukan oleh persaingan pasar.[5]
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang
meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya.
Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah
sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu
pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu
maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat
memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang
modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke
barang jadi.
b. Lahirnya
Kapitalisme
Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi
masyarakat berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi
pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya
untuk ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak dari analisa
Marxis, dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari
skala pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (pusat dan pinggiran),
dengan analisis utama yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan teori
sistem dunia yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme
dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem ekonomi
kapitalis.
Pandangan kapitalisme jika digali secara teoritis, pada
dasarnya bersumber dan berakar pada pandangan filsafat ekonomi klasik, terutama
ajaran Adam Smith yang dituangkan dalam karyanya Wealth Of Nation (1776).
Adam smith adalah tokoh pemikir ekonomi klasik yang mengmukakan teori devision
of labour yang terkenal, menjelaskan bahwa betapa pentingnya buruh sebagai
sumber kekayaan bangsa. Meskipun pembagian kerja menimbulkan permasalahan
seperti pekerjaan buruh menjadi rutin, monoton, dan membosankan akantetapi
sistem ekonomi yang menjadi sumber kesejahteraan bangsa diakui sebagai hasil
keringat para buruh. [6]
Melalui pembagian buruh inilah bagi smith, sumber dari
wealth of nation terjadi. Adam smith juga pemikir pertama yang mengarahkan
tujuan produksi kepada konsumen. Konsumsi baginya adalah tujuan utama proses
produksi. Dengan demikian motivasi produsen harus di tujukan pada pemenuhan
konsumen. Adam smith juga merupakan pemikir pertama yang mengembangkan
pentingnya kumulasi kapital dalam pengembangan ekonomi.
Bagi adam smith menganggap pentingnya arti dari
akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi. Maka sistem yang di anggap dan dianut sesuai dengan pemikiran smith
selain disebut dengan sistem perekonomian liberal karena memberikan keluasan
yang besar bagi tiap individu untuk bertindak dalam perekonomian. Juga sering
disebut dengan sistem perekonomian kapitalisme karena sangat menekankan pada
akumulasi kapital dalam pembangunan ekonomi.[7]
Teori adam smith tentang labour theory of value yang
kemudian menjadi dasar dari kapitalisme. Dalam teori ini barang mempunyai dua
nilai. Yang pertama nilai guna dan yang kedua adalah nilai tukar. Nilai tukar
atau harga suatu barang di tentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan
untuk menghasilkan barang tersebut. Menurut smith, hubungan antara nilai guna
dan nilai tukar suatu barang yang mempunyai nilai guna tinggi kadang- kadang
tidak memiliki nilai tukar. Akan tetapi sebaliknya ada barang yang mempunyai
nilai tukar sangat tinggi, tetapi tidak begitu berfaedah dalam kehidupannya. Dan
berdasarkan penjelasan diatas, secara nyata adam smith menyatakan bahwa nilai
tukar dapat diartikan dengan kemampuan sesuatu barang untuk memperoleh barang
lain. Hal ini sama dengan harga barang itu sendiri. Teori inilah yang menjadi
kritikan keras dari karl marx yang menyebutnya sebagai proses eksploitasi.
Kritik terhadap teori labour theory of value inilah yag menjadikan lahirnya
teori nilai lebih (theory of surplus of value) yang merupakan landasan dari
teori kelas lawan dari faham kapitalisme. [8]
Gejala
kapitalisme dianggap sebagai sebuah solusi untuk melakukan pembangunan di
negara terbelakang. Teori sistem dunia yang disampaikan oleh Wallerstein
merupakan keberlanjutan pemikiran Frank dengan teori dependensinya. Pendapat
Frank, Sweezy dan Wallerstein mengacu pada model yang dikenalkan oleh Adam
Smith. Menurut Smith, pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat memiliki kesamaan dengan pembangunan produktivitas
tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan sebuah fungsi yang
berhubungan dengan tingkat pembagian kerja.
Inti pemikiran
Smith adalah bahwa proses produksi dan distribusi ini harus lepas dari campur
tangan pemerintah dan perdagangan bebas. Proses ekonomi hanya akan berjalan
melalui tangan-tangan tak kelihatan yang mengatur bagaimana produksi dan
distribusi kekayaan ekonomi itu berjalan secara adil. Biarkan para pengusaha,
tenaga kerja, pedagang bekerja mencari keuntungan sendiri. Siapapun tak boleh
mencampurinya, karena ekonomi hanya bisa muncul dari perdagangan yang adil.
Karenanya, pemerintah harus menjadi penonton tak berpihak. Ia tak boleh
mendukung siapapun yang sedang menumpuk kekayaan pun yang tak lagi punya
kekayaan. Tangan-tangan yang tak kelihatan akan menunjukkan bagaimana semua
bekerja secara adil, secara fair.
Gagasan Marx
tentang tahapan revolusi ternyata runtuh. Marx menyatakan bahwa negara
terbelakang akan memerlukan dua tahap revolusi, yaitu revolusi borjuis dan
revolusi sosialis. Revolusi borjuis dilakukan oleh kelas borjuis nasional untuk
melawan penindasan oleh negara maju dan kemudian baru berlanjut pada revolusi
sosialis oleh kelas proletar.
Asumsi ini runtuh karena kelas borjuis nasional
ternyata tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya sebagai pembebas kelas proletar
dari eksploitasi kapitalisme, karena kelas borjuis nasional sendiri merupakan
bentukan dan alat kapitalisme negara maju.
c. Ciri-
Ciri Kapitalisme
Ciri-ciri
dari kapitalisme antara lain: [9]
1)
Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi dimana Pemilikan
alat-alat produksi di tangan individu dan Inidividu bebas memilih pekerjaan/
usaha yang dipandang baik bagi dirinya.
2)
Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar dimana Pasar berfungsi
memberikan “signal” kepda produsen dan konsumen dalam bentuk harga-harga.
Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin. “The Invisible Hand” yang
mengatur perekonomian menjadi efisien. Motif yang menggerakkan perekonomian
mencari laba
3)
Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu
mengejar kepentingan sendiri. Paham individualisme didasarkan materialisme,
warisan zaman Yunani Kuno (disebut hedonisme).
4)
Mementingkan diri sendiri. Karena menekankan individualisme. Maka
dalam faham kapitalisme setiap individu sepenuhnya dibebaskan berorentasi pada
dirinya sendiri. Segala aktivitas sosial dan ekonomi murni digunakan untuk
kepentingan diri sendiri. Para kapitalis percaya bahwa ada tangan tangan gaib
yang akan mempertemukansetiap kepentingan individu tersebut dalam sebuah titik
keseimbangan.
5)
Persaingan bebas. Dalam sistem kapitalis persaingan antar individu
di masyarakat dimungkinkan. Persaingan dapat terjadi antar penjual yang
memberikan kualitas terbaik kepada pembeli. Sebaliknya para pembeli dapat
bersaing untuk mendapat harga yang terbaik.
6)
Harga sebagai penentu. Para kapitalisme percaya bahwa pada
mekanisme pasar yang bekerja untuk menentukan harga keseimbangan antara
permintaan dan penawaran barang dan jasa. Dalam kondisi apapun negara tidak
boleh melakukan intervensi terhadap pasar. Jika pada suatu waktu mengalami
kelebihan barang yang mengakibatkan kemerosotan harga maka pemerintah dihimbau
untuk diam saja. Karena mekanisme pasar dengan sendirinya akan menentukan harga
keseimbangan yang baru.
d. Kelebihan dan Kelemahan Kapitalisme[10]
1)
Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi
barang-barang.
2)
Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan
melakukan segala hal yang terbaik dirinya.
3)
Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan
biaya yang diperlukan lebih kecil.
4)
Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna
dan persaingan monopolistik.
5)
Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien,
karena adanya faktor-faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan
upah buruh dan lain-lain
e. Kapitalisme
Di Indonesia
Kapitalisme di Indonesia adalah
cangkokan dari Eropa yang dalam beberapa hal tak sama dengan kapitalisme yang
tumbuh dan dibesarkan dalam negerinya sendiri, yakni Eropa dan Amerika Utara.
kebangkitan kapitalisme dan
industrialisasi di Indonesia terjadi pada tahun 1966, ketika Orde Baru mulai
menjalankan kekuasaannya. Tahun 1966 merupakan tonggak sejarah penting bagi
bangsa Indonesia, bukan saja dalam konteks politik tetapi juga dalam konteks
ekonomi. Gaya kepemimpinan otoriter Presiden Soeharto yang didukung oleh
pejabat militer dan teknokrat, yang lebih mengedepankan pertumbuhan ekonomi,
membawa konsekuensi kepada kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik yang
cenderung memihak kepada kepentingan pemilik modal, baik investor domestik yang
didominasi oleh pengusaha etnik Tionghoa, maupun investor asing yang berasal
dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat. [11]
Kapitalisme secara filosofi
memiliki makna sebagai aktivitas usaha yang menggunakan kekuatan modal
(capital) berupa mesin dan alat-alat produksi di tangan swasta untuk
menghasilkan laba. Kepemilikan barang-barang modal (capital goods) berupa mesin
dan alat-alat produksi tersebut diyakini sebagai unsur uatam selain buruh
(labor) yang akan menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Dengan demikian,
berbicara industri pengolahan berarti berbicara mengenai agribisnis,
pertambangan, perdagangan, properti, jasa-jasa perbankan dan lain-lain,
sepanjang aktivitasnya menggunakan kaidah-kaidah kapitalisme dan melibatkan
modal dalam maupun luar negeri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
perjalanan aktivitas bisnis kelompok pengusaha besar di Indonesia baik
pengusaha pribumi, maupun pengusaha keturunan Tionghoa sangat bergantung kepada
kaitan-kaitan antara politik dan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah Orde
Baru. Kaitan-kaitan ini berhasil menciptakan lingkungan ideologi politik dan
lingkungan ekonomi yang mau menerima upaya-upaya berorientasi kapitalisme yang
dijalankan elit kekuasaan Orde Baru.
Pada masa Orde Baru berkuasa,
masyarakat awam sulit untuk membedakan antara bisnis murni yang memanfaatkan
kombinasi sumberdaya-sumberdaya ekonomi secara efisisen, dengan bisnis yang
dilatarbelakangi pemburuan rente (rent seeking), dengan memanfaatkan kontrol
atas sumberdaya ekonomi yang diberikan pemerintah kepada kelompok usaha besar,
seperti pemberian hak monopoli usaha, pemanfaatan lahan, yang ditujukan untuk
memaksimumkan laba tanpa menanamkan modal untuk kegiatan produksi.Sesungguhnya,
di sinilah letak kesalahan mendasar penguasa rezim Orde Baru yang mempersempit
akses pengusaha bisnis kecil dan menengah.
Krisis ekonomi yang melanda bangsa
indonesia bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba- tiba. Penyebab krisis
ekonomi yang paling mendasar adalah karakter perekonomian indonesia yang
bersifat kapitalisme. Hal ini tampak pada sangat mesranya hubungan penguasa
dengan pengusaha di indonesia. Dalam perkembangannya tidak hanya hubungan
penguasa dengan pengusaha tampak sangat erat, sejumlah anak atau mantan pejabat
terjun menjadi pengusaha sedangkan beberapa pengusaha beralih profesi menjadi
penguasa. [12]
Keserakahan para pengusaha
kapitalisme untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya telah mendorong mereka
untuk berutang secara berlebihan kepada masyarakat indonesia. Maksudnya alokasi
dari APBN digunakan untuk membiayai perluasan usaha milik mereka sendiri. Dari
keserakahan pengusaha itulah berimbas pada rakyat indonesia. Rakyat banyak
terpaksa ikut menderita oleh ulah para pengusaha kapitalisme tersebut. Harga
kebutuhan bahan pokok terus melambung, sebagian dari rakyat indonesia
kehilangan pekerjaanya. Bahkan beberapa jenis kebutuhan masyatrakat menghilang
dari pasaran. Dan akibatnya tidak hanya yang berniat memiliki rumah terpaksa
mengurungkan niatnya, yang menderita sakitpun terpaksa memilih berdiam diri di
rumah.[13]
2.
Hubungan Kapitalisme dengan Pembangunan
a.
Aspek Ekonomi
Istilah kapitalisme berarti
kekuasaan ada di tangan kapital, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang
didasarkan pada keuntungan, di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan
ini. Terdapat tiga unsur penting dalam kapitalisme: pengutamaan kepentingan pribadi
(individualisme), persaingan (kompetisi) dan pengerukan kuntungan.
Individualisme penting dalam kapitalisme, sebab manusia melihat diri mereka
sendiri bukanlah sebagai bagian dari masyarakat, akan tetapi sebagai
“individu-individu” yang sendirian dan harus berjuang sendirian untuk memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri. “Masyarakat kapitalis” adalah arena di mana para
individu berkompetisi satu sama lain dalam kondisi yang sangat sengit dan
kasar. [14]
Menurut cara berpikir yang
dijadikan dasar berpijak kapitalisme, setiap individu – dan ini dapat berupa
seseorang, sebuah perusahaan atau suatu bangsa – harus berjuang atau berperang
hanya untuk kemajuan dan kepentingannya sendiri. Yang paling menentukan dalam
peperangan ini adalah produksi. Para produsen yang paling unggul akan bertahan
hidup, sedang yang lemah dan tidak mampu bersaing akan tersingkir dan mati.
Inilah sistem yang sedang berlaku, dan seolah tidak ada kepedulian bahwa mereka
yang tersingkirkan dalam perjuangan sengit ini, mereka yang terinjak-injak dan
jatuh ke jurang kemiskinan adalah manusia. Sebaliknya yang justru dianggap
lebih penting bukanlah manusia, akan tetapi pertumbuhan ekonomi, dan
barang-barang, yakni produk dari pertumbuhan ekonomi ini. Dengan sebab ini,
mentalitas kapitalis tidak merasakan adanya tanggung jawab moral atau hati
nurani atas orang-orang yang terinjak di bawah kaki mereka, dan yang harus
hidup dengan berbagai kesulitan.
Moralitas kapitalis ini telah
menjadi sangat berpengaruh hampir di seluruh masyarakat masa kini. Dengan dalih
ini, kaum miskin, lemah dan tak berdaya tidak diberikan bantuan serta
perlindungan. Bahkan jika mereka terjangkiti penyakit parah dan mematikan,
mereka tidak mampu mendapatkan siapa saja yang dapat membantu mengobati. Kaum
papa diterlantarkan begitu saja dengan penyakitnya hingga meninggal. Di banyak
negara, berbagai kedzaliman dan tindakan tak manusiawi seperti pemaksaan
anak-anak secara kasar untuk bekerja dan perampasan hak-hak sosial sangatlah
sering dijumpai.
Sebagai contoh, ketika krisis ekonomi
melanda berbagai negeri, hampir semua strategi pemulihan ekonomi berpijak pada
paradigma kapitalisme. Banyak negara mengikuti resep-resep IMF dan Bank Dunia,
dua lembaga internasional dan simbol hegemoni kapitalisme global. Liberalisasi
kebijakan perdagangan, pembukaan pasar modal bagi investor asing,
rekapitalisasi industri besar, dan pengurangan campur tangan negara dalam
pembangunan ekonomi, dipercayai sebagai obat mujarab bagi pemulihan ekonomi.
Keyakinan ini semakin disulut oleh gagasan Milton Friedman dan Fukuyama; bahwa
kalau pembangunan ekonomi ingin maju, maka
peran negara harus diminimalisir dan kekuasaan bisnis harus diutamakan.[15]
Keunggulan dan kemenangan
kapitalisme memang sangat mengesankan. Lebih dari dua abad setelah terbitnya
buku The Wealth of Nation karya mahaguru kapitalisme Adam Smith, sistem ekonomi
kapitalistik berhasil mengalahkan semua pesaingnya dari ideologi lain. Pada
akhir Perang Dunia II, hanya dua kawasan bumi yang tidak komunis, otoriter,
atau sosialis, yakni Amerika Utara dan Swis. Kini selain kita menyaksikan
negara-negara komunis rontok satu demi satu, hampir tak ada satupun negara yang
saat ini bebas dari Coca-cola, McDonald, KFC dan Levis, lambang supremasi
corporate capitalism yang menguasai sistem ekonomi abad 21. [16]
Namun demikian, setelah kapitalisme memonopoli
hampir seluruh sistem ekonomi, kini semakin banyak pengamat yang menggugat
apakah sistem yang didasari persaingan pasar bebas ini mampu menjawab berbagai
permasalahan nasional maupun global. Sejarah juga menunjukkan bahwa kapitalisme
bukanlah piranti paripurna yang tanpa masalah. Selain gagasan itu sering
menyesatkan, terdapat banyak agenda pembangunan yang tidak mengalir jernih
dalam arus sungai kapitalisme. Masalah seperti perusakan lingkungan,
meningkatnya kemiskinan, melebarnya kesenjangan sosial, meroketnya
pengangguran, dan merebaknya pelanggaran HAM serta berbagai masalah degradasi
moral lainnya ditengarai sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari
beroperasinya sistem ekonomi kapitalistik.
Sinyalemen tersebut bukan tanpa bukti.
Berdasarkan studinya di negara-negara berkembang, kapitalisme bukan saja telah
gagal mengatasi krisis pembangunan, melainkan justru lebih memperburuk kondisi
sosial-ekonomi di Dunia Ketiga. Dalam kapitalisme, negara hanya berperan
sebagai penjaga malam guna menjamin mekanisme pasar berjalan lancar dan campur
tangan negara yang terlalu besar dianggap hanya akan mengganggu beroperasinya
pasar. Karenanya, dalam situasi yang tanpa tangan pengatur keadilan seperti
itu, kapitalisme mudah terpeleset kedalam arogansi ekonomi, homo homini lupus,
dan hedonisme yang melihat manusia hanya sebatas binatang ekonomi (homo economicus)
yang motivasi, kebutuhan dan kesenangannya hanya mengejar pemuasan
fisik-materi. Patokan tindakannya akan bercorak utilitarianistik, asas sebesar-besarnya
manfaat dari sekecil-kecilnya pengorbanan.[17]
Dalam praktiknya, manfaat di sini
kerap merosot maknanya menjadi sekadar konsumerisme-materialisme dan pengorbanan sering terpeleset menjadi
penindasan terselubung si kuat terhadap si lemah, majikan terhadap buruh, penguasa
terhadap yang terkuasai. Produktivitas, efisiensi, dan pertumbuhan didewakan,
sementara solidaritas, efektifitas, dan kesetaraan ditiadakan
b.
Aspek Pendidikan
Melihat
pendidikan nasional kita saat ini, bongkar pasang sistem pendidikan nasional
terus dilakukan guna mencari format yang tepat dengan semangat kapitalisme yang
mengedepankan individualisme dan laba (profit oriented). Semangat ini
mengakibatkan pendidikan menjadi kian mahal dan tidak bisa diakses oleh
mayoritas rakyat Indonesia; sekitar 32 juta rakyat Indonesia sesungguhnya
adalah buruh tani dan ada 90 juta jiwa petani gurem, 100 juta jiwa buruh tidak
bisa mengakses pendidikan yang berkualitas sampai pada perguruan tinggi. Anak
putus sekolah sekitar 4,5 juta jiwa, rasio partisipasi pendidikan penduduk
Indonesia baru sebesar 68,4% dan tingkat pendidikan Indonesia rata-rata hanya
sampai SMP. Sekitar 75-80% (7-8 orang dari tiap 10 orang) pelajar setingkat SD
sampai SMA putus sekolah. Kurang lebih 60% (6 orang dari setiap 10 orang)
pelajar setingkat SMU tak mampu melanjutkan ke bangku kuliah. Sementara subsidi
yang diberikan oleh pemerintah dalam sektor publik termasuk pendidikan semakin
menurun. Tahun ini saja pemerintah hanya mengalokasikan dana sebesar Rp 144,4
triliyun atau 14,3% dari total APBN 2010 untuk subsidi sektor publik, ini lebih
rendah dari anggaran subsidi pada APBN-P 2009 yang mencapai Rp157,727 triliun.[18]
Penyerahan
pengelolaan SDA yang tidak diperlukan bagi kepentingan rakyat, perjanjian
perdagangan bebas membuat pendapatan Negara semakin menurun yang berimbas pada
subsidi-subsidi sosial, termasuk pendidikan. Dalam pencarian dana oprasional
inilah kapitalisasi pendidikan itu bermula. Lembaga-lembaga pendidikan mulai
melakukan kerjasama dengan kaum modal, menaikan biaya pendidikan, membuka
program-program studi yang berkaitan langsung dengan industri dan sebagainya.
Pendidikan
merupakan fenomena global yang diperlukan untuk membangun manusia menjadi
manusia yang berguna bagi kehidupan secara menyeluruh. Pendidikan merupakan
suatu proses membangun dan mengembangkan potensi (capacity building) setiap
individu, kelompok, masyarakat dan bangsa untuk mencapai kemandirian,
kedewasaan, kualitas, yang diperlukan totalitas hidup.
Secara tidak
sadar, sitem pendidikan nasional kita telah terjebak dalam arus kapitalisme
global. Dikotomi status Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan sekolah
biasa merupakan pengejahwantahan kapitalisme dalam dunia pendidikan. Selayaknya
visi pendidikan nasional perlu dikaji ulang. Kapitalisme merupakan pemikiran
yang pernah tumbuh subur di awal abad 19. Menara komunisme masih berjaya
menguasai segala lini kehidupan masyarakat dunia. Namun seiring ambruknya
komunisme, segala pemikiran yang menjadi underbow komunisme juga turut hancur
atau terpinggirkan digantikan wacana baru nasionalisme global.[19]
tidak
sepenuhnya wacana kapitalisme sebagai pemikiran paling kuat dari komunisme
hilang begitu saja. Kenyataannya, ide kapitalisme terus bermetaforfosis sasuai
parkembangan. Di era suburnya nasionalisme global ini, pemikiran lakuan
kapitalistik mewarnai setiap sendi kehidupan masyarakat modern. Sebut saja kehidupan
sosial, ekonomi, politik, bahkan budaya, keseluruhannya ‘berorientasi’ kepada
gagasan kapitalisme.
c.
Aspek Budaya
Masyarakat yang hidup di
zaman kapitalisme global adalah masyarakat konsumen. Masyarakat seperti
demikian sebenarnya adalah masyarakat yang telah menjadi hamba dari ciptaannya
sendiri, yaitu kapitalisme global. Kemajuan yang diusung dalam globalisasi telah
membawa masyarakat dalam situasi terkungkung dalam jerat-jerat dan “rayuan”
kapitalisme global, tatanan yang menawarkan berbagai kemudahan,keindahan, dan
pemenuhan kebutuhan yang serba instan. Dengan budaya konsumsi yang
dipegangnya,masyarakat konsumen sebenarnya merupakan hasil kreasi kapitalisme
global. Perkembangan kapitalisme global membutuhkan adanya masyarakat konsumen
(consumer society) yang akan melahap semua produk kapitalisme tersebut. Masyarakat
konsumen adalah masyarakat yang eksistensinya dilihat hanya dengan pembedaan
komoditi yang dikonsumsi. Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang
dipegangnya melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika
konsumsi.[20]
Eksistensinya dijalankan
dan dipertahankan hanya dengan semakin dan terus menerusnya mengkonsumsi berbagai
tanda dan status sosial di balik komoditi.
Bukan hanya dirinya saja
yang mengaktualisasikan diri lewat tindakan konsumsi, orang lain juga akan
dinilai menurut standar yang dipakainya itu. Artinya eksistensi orang lain pun
akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya.
1.
Analisis
Kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal
bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Tokoh dari
kapitalisme ini adalah adam smith. Faham ini dipakai di eropa pada abad ke 16
sampai abad ke 19. Faham ini intinya adalah siapa yang memiliki modal dan
kekuasaan yang banyak maka dialah yang menang. Dan rakyat dan kaum buruhlah
yang menderita di atas tindakan kaum kapitalis. Dan irononisnya faham ini sudah
terjangkit di indonesia secara keseluruhan dari mulai kebijakan pemerintah di
bidang ekonomi, politik, pendidikan dan budaya.
Dan secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pembangunan nasional.
Walaupun secara teori sistem perekonomian di Indonesia adalah
memakai sistem demokrasi pancasila akan tetapi menurut saya itu tidak sejalan
dengan kenyataan di lapangan. Karena pada kenyataanya seseorang yang memiliki
modal yang banyak dan kekuasaan maka dialah yang menang dan dapat menguasai
faktor-faktor produksi yang ada di negara ini. Para produsen mementingkan
bagaimana caranya produk yang dihasilkan itu laku dipasaran dan tidak
mementingkan orang lain. Dan dampak dari itu mereka menciptakan masyarakat yang
bergaya hidup hedonis dan konsumtif. Kita lihat dimasyarakat indonesia
mempunyai budaya baru bersifat konsumtif.
Faham ini tidak hanya terjadi di pembangunan dibidang ekonomi.
Akan tetapi dibidang pendidikan juga sudah ada faham kapitalisme. Hal ini
terkait dengan maraknya sekolah yang berbasis internasional (SBI). Contoh
sederhananya, jika kota anda ada Sekolah Berstandar Internasional (SBI) atau
minimal masih Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang
bersebelahan dengan sekolah biasa, anda pasti menyaksikan suatu fenomena yang
memprihatinkan. Betapa kesenjangan sosial sangat terlihat nyata dan menjadi hal
yang lumrah. Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dipasti kan penuh dengan
kemewahan. Sebaliknya, di sekolah biasa para siswa hanya berbekal
kesederhanaan, kesenjangan tersebut merupakan pengejahwantahan gagasan
kapitalisme dalam dunia pendidikan. Ironisnya cengraman kapitalisme diamini
oleh selurauh ‘petinggi’ pendidikan nasional. Perbedaan yang menyolok
performance sisiwa dan pengajar antara Sekolah berstandar Internasional (SBI)
dengan sekolah biasa mengindikasikan munculnya kelas sosial dalam pendidikan.
Munculnya kelas sosial merupakan suatu akibat sistem pendidikan
yang berbasis modal dan meletakkan kemampuan atau keceradasan adalah efek dari
kekuatan modal. Dalam sistem pendidikan nasional, kecerdasan bisa dicapai
apabila ditunjang oleh fasilitas lengkap (berteknologi tinggi). Dengan
teknologi yang memadai, maka proses belajar akan berlangsung dengan baik.
Logika tersbut telah menjadi landasan kegiatan belajar-mengajar dalam sistem
pendidikan kita.
2.
Diskusi
pertanyaan :
1.
apakah ada efek penguasaan sumber ekonomi oleh presiden Soeharto
terhadap pembangunan? ( dari mahilla )
2.
dalam teori yang dikemukakan oleh adam smith bahwa buruh sebagai
sumber kekayaan bangsa, maksudnya buruh di jadikan sebagai sumber kekayaan
bangsa? ( dari Mahilla )
3.
ciri dari kapitalisme adalah persaingan bebas. Tetapi jika dilihat
dari kapitalisme yang bisa bersaing adalah hanya orang yang mempunyai modal.
Lalu bagaiman aitu bisa terjadi? (dari Taufiq Hidayat)
4.
kemarin ada berita bahwa pemerintahan obama di demo oleh warga
amerika karena telah menerapkan pemerintahan yang kapitalis. Dan pertanyaannya
apakah pemerintahan obama itu bersifat kapitalis jika dilihat dari ciri-ciri
fahan kapitalisme? Dan pertanyaan yang kedua kalau seandainya sudah menerapkan
kapitalisme dari dulu mengapa warga amerika baru mengecam dan demo pada akhir
akhir ini? (dari Nila Wahyuningsih)
5.
mengapa faham kapitalisme itu lebih banyak kelemahannya saja dari
pada kelebihannya? Dan apakah faham kapitalisme itu tidak ada kelebihannya?
(dari M. Iqbal Habibi)
Jawaban:
1.
Efek bagi pengusaha tionghoa dan investor asing adalah sangat
menguntungkan kareana semua kebijakan –kebijakan pemerintah sangat mendukung
pengusaha pada saat itu. Seperti memihak kepada kepentingan pemilik modal,baik
investor domestik yangb didominasi oleh pengusaha etnik tionghoa, maupun
investor asing yang berasal dari negara-negara maju seperti amerika serikat dan
negara-negara eropa barat. ( pemakalah Nurul Farida )
Efek bagi pengusaha
dalam negeri sendiri secara tidak langsung telah mematikan usaha para pengusaha
itu sendiri. Karena sumber daya ekonomi yang diberikan pemerintah kepada
kelompok usaha besar, seperti pemberian hak monopoli usaha, pemanfaatan lahan,
yang ditujukan untuk pemaksimmumklan laba tanpa menanamkan modal untuk kegitan
produksi. ( pemakalah Hamid Fadlullah )
2.
Maksud dari buruh sebagai sumber dari kekayaan bangsa adalah
menurut adam smith dalam bukunya Wealth of Nation bahwa buruh itu
sebagai penggerak dalam perekonomian. Dan tanpa adanya buruh perusahaan dalam
masa itu tuidak dapat menjalankan produksi yang maksimal, walaupun pembagian
kerja dalam buruh menimbulkan banyak masalah. Akantetapi sistem ekonomi yang
terjadi sumber kesejahteraan bangsa diakui sebagai hasil keringat para buruh. (
pemakalah Nurul Farida)
3.
Memang benar bahwa ciri kapitalisme salah satunya adalah
persaingan bebas. Dalam hal ini produsen yang mempunyai modal bebas untuk memberikan
kualitas yang terbaik bagi para pembeli. Hal ini seperti dalam pengertian
kapitalisme yaitu suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan
usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. ( pemakalah Khozaina )
4.
Menurut pendapat kami bahwa pemerintahan amerika serikat sebelum
presiden barack obama pun sudah melakukan pemerintahan yang bersifat kapitalis.
Dan dalam hal ini di masyarakat amerika tidak memandang siapapun ketika
seseorang itu mempunyai capital yang banyak maka secara langsung bahwa orang
tersebut yang menguasai perekonomian. ( pemakalah Hamid Fadlullah)
5.
Sebenarnya ada kelebihan dari faham kapitalisme diantaranya adalah
lebih efisien dalam pemanfaatan sumber-sumber daya dan distribusi barang-barang
dan kreatifitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan
segala hal yang terbaik dalam dirinya. Menurut pendapat kami Faham kapitalisme
lebih banyak kelemahannya di karenakan bahwa faham ini banyak merugikan masyarakat.
Khususnya masyarakat kelas bawah. ( pemakalah
Khozaina)
Tambahan
jawaban dari audien:
1.
untuk pertanyaan no. 4 dari Nila Wahyuningsih
( Taufiq Hidayat )
Menurut saya gejolak yang terjadi di AS belakang ini yang ditandai
dengan demontrasi masyarakat terhadap Presiden Barrack Obama dipicu oleh
beberapa kebijakannya yang kontroversial. Kita tentunya masih ingat bahwa warga
AS menaruh harapan yang besar pada Obama sebelum ia menjadi presiden, yaitu
memperbaiki perekonomian AS pasca krisis dan menghentikan imperialisasi di
negara-negara berkembang. Alasan kedua ini yang terpenting, karena imperialisme
yang dilakukan AS terutama di negara timur tengah saat pemerintahaan Josh Bush
telah menelan banyak korban dan itu melanggar HAM. Terpilihnya Obama menjadi
presiden AS memberikan harapan besar pada masyarakat untuk menghentikan meliterisme di timur
tengah. Namun kenyataannya, itu tidak terjadi, Obama dalam kebijakannya tetap
menerapkan sistem kapitalisme dan meliterisme untuk menguasai dunia, khususnya
di negara-negara timur tengah. Obama juga disebut-sebut sebagai dalang dari adanya
gejolak politik dan konflik internal antar negara di timur tengah. Inilah yang
membuat warga AS memprotes presiden
Obama sebagai peringatan untuk menjunjung perdamaian Dunia. Warga menyadari
bahwa AS sebagai negara adikuasa sekaligus polisi dunia harusnya menjadi contoh
yang baik dan membantu menyelesaikan berbagai persoalan negara-negara di dunia,
bukan sebaliknya menciptakan permasalahan di dunia.
C.
KESIMPULAN
1.
Pengertian kapitalisme secara etimologi berasal dari bahasa latin caput yang berarti “kepala”. Dan
kata ism mengacu kepada “paham”, “ideologi”. cara
pandang atau cara hidup yang diterima oleh sekelompok luas masyarakat dan
karenanya menjadi konvensi. Sedangkan pengertian kapitalisme termologi adalah Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang
meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya. Kapitalisme lahir pada pandangan filsafat ekonomi klasik,
terutama ajaran Adam Smith yang dituangkan dalam karyanya Wealth Of Nation
(1776). Ciri dari faham kapitalisme antara lain adalah: pengakuan yang luas
atas hak pribadi, perekonomian diatur oleh mekanisme pasar, mementingkan diri
sendiri, persaingan bebas dan harga tidak menentu. Dan kapitalisme berkuasa di
indonesi pada saat masa orde baru berkuasa.
2.
Hubungan kapitalisme dengan pembangunan yang ada di indonesia
terjadi di segala bidang.
a.
ekonomi, dengan banyaknya perusahaan perusahaan yang berjuang dan
berperang hanya untuk kepentingan sendiri.
b.
pendidikan dengan adanya bongkar pasang sistem pendidikan nasional
terus di lakukan guna mencari format yang tepat dengan semangant kapitalisme
yang mengedepankan individualisme dan laba.
c.
budaya kapitalisme telah membuat masyarakat menjadi masyarakat
yang konsumtif.
[1]
Wahyu Budi
Nugroho. 2011. (online) Sejarah Kapitalisme.
( http://kolomsosiologi.blogspot.com/2011/08/sejarah-kapitalisme.html, diakses tgl
10 Desember 2011)
[14] Harun yahya.
2007. (online), (http://us1.harunyahya.com/Detail/T/EDCRFV/productId/4514/kapitalisme_dan_seleksi_alam_di_bidang_ekonomi, di akses
tanggal 23 oktober 2011 )
[16] Mark klousen.
2005. Sang Maestro “ Teori-Teori Ekonomi Modern”: Sejarah Pemikiran Ekonomi.
Hlm 35
[18]
Tefur. 2010.
(online) Pendidikan Nasional Kapitalisme. (http://tefur88.blogspot.com/2010/12/pendidikan-nasional-kapitalisme.html, diakses
tanggal 23 oktober 2011)
[19]
Dadang Nurjaman. 2011. Kapitalisme pendidikan. (online) (http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/01_Selu%20Revisi.pdf, diakses
tanggal 22 oktober 2011)
[20]
Selu Margaretha
Kushendrawati. 2006. Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan Kapitalisme Global:
Fenomena Budaya Dalam Realitas Sosial: Makara, Sosial Humaniora, Vol. 10,
No. 2, Desember 2006: 49-57. Hlm 53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar