Rabu, 12 Juni 2013

sosiologi dan antropologi pembangunan



A.    POKOK PEMBAHASAN

1.      KAPITALISME

a. Pengertian Kapitalisme

1)  Secara Etimologi

            Kapital berasal dari kata Latin.  caput yang berarti “kepala”Arti ini menjadi jelas, misalnya dalam istilah “pendapatan per kapita” – pendapatan per kepala. Juga masih konsisten, ketika dipakai untuk, misalnya capital city – kota utama. Apa hubungannya dengan “capital” yang lain – yang sering kita terjemahkan sebagai “modal”? Konon kekayaan penduduk Romawi kuno diukur oleh berapa kepala hewan ternak yang ia miliki.1 Semakin banyak caput-nya, semakin sejahtera. Tidak mengherankan, jika kemudian mereka “mengumpulkan” sebanyak-banyaknya caput. Sekarang jelas sudah, mengapa kita menterjemahkan capital sebagai “modal”. Lantas, kita tahu bahwa ism mengacu kepada “paham”, “ideologi”: cara pandang atau

cara hidup yang diterima oleh sekelompok luas masyarakat dan karenanya menjadi konvensi. Sebenarnya mudah saja mengartikan “kapitalisme”, setelah kita setuju bahwa “kapital” adalah “modal”. Kapitalisme adalah modal-isme: paham yang berdasarkan modal.[1]

Pengertian kapitalisme menurut Oxford Dictotionary  adalah “ capitalism is economic system with ownerhsip and control of capital inprivate hands”.[2] Pengertian kapitalisme menurut Kamus Induk Populer adalah suatu sistem atau faham ekonomi (perekonomian) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: modal yang digunakan secara besar-besaran dalam produksi, kebebasan yang relatif besar dalam kegiatan perekonomian, sumber modal berasal dari modal partikelir (pribadi,swasta) atau dari perusahaan-perusahan swasta, pelaku ekonomi dapat bersaing bebas di primer bebas, pemerintah tidak berperan secara langsung dan penting dalam kehidupan perekonomian, kebebasan individu  (bagi para pelaku ekonomi) untuk mengadakan perjanjian –perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri guna memperoleh laba dan keuntungannya, adanya serikat-serikat buruh yang mempunyai kekuasaan dan sebagainya.[3] Dan sedangkan pengertian kapitalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem dan faham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan perusahaan  swasta dengan ciri persamaaan di pasaran bebas.[4]

2)  Secara Termologi

Kapitalisme adalah  suatu proses ekonomi yang dinamis yang berbeda dalam suatu tatanan sosial yang tetap dan terutama sekali mengenai perbedaan- perbedaan khas dalam masyarakat itu. Dan dapat diartikan kapitalisme adalah suaitu sistem perekonomian di mana alat- alat produksi seperti pabrik, ladang, tambang dan sebagainya dimiliki oleh perorangan atau perusahaan dan dimana cara utama dalam pembagian pendapatan ditentukan oleh persaingan pasar.[5]

Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.

Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi.

b. Lahirnya Kapitalisme

Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak dari analisa Marxis, dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari skala pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (pusat dan pinggiran), dengan analisis utama yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan teori sistem dunia yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis.

Pandangan kapitalisme jika digali secara teoritis, pada dasarnya bersumber dan berakar pada pandangan filsafat ekonomi klasik, terutama ajaran Adam Smith yang dituangkan dalam karyanya Wealth Of Nation (1776). Adam smith adalah tokoh pemikir ekonomi klasik yang mengmukakan teori devision of labour yang terkenal, menjelaskan bahwa betapa pentingnya buruh sebagai sumber kekayaan bangsa. Meskipun pembagian kerja menimbulkan permasalahan seperti pekerjaan buruh menjadi rutin, monoton, dan membosankan akantetapi sistem ekonomi yang menjadi sumber kesejahteraan bangsa diakui sebagai hasil keringat para buruh. [6]

Melalui pembagian buruh inilah bagi smith, sumber dari wealth of nation terjadi. Adam smith juga pemikir pertama yang mengarahkan tujuan produksi kepada konsumen. Konsumsi baginya adalah tujuan utama proses produksi. Dengan demikian motivasi produsen harus di tujukan pada pemenuhan konsumen. Adam smith juga merupakan pemikir pertama yang mengembangkan pentingnya kumulasi kapital dalam pengembangan ekonomi.

Bagi adam smith menganggap pentingnya arti dari akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi. Maka sistem yang di anggap  dan dianut sesuai dengan pemikiran smith selain disebut dengan sistem perekonomian liberal karena memberikan keluasan yang besar bagi tiap individu untuk bertindak dalam perekonomian. Juga sering disebut dengan sistem perekonomian kapitalisme karena sangat menekankan pada akumulasi kapital dalam pembangunan ekonomi.[7]

Teori adam smith tentang labour theory of value yang kemudian menjadi dasar dari kapitalisme. Dalam teori ini barang mempunyai dua nilai. Yang pertama nilai guna dan yang kedua adalah nilai tukar. Nilai tukar atau harga suatu barang di tentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Menurut smith, hubungan antara nilai guna dan nilai tukar suatu barang yang mempunyai nilai guna tinggi kadang- kadang tidak memiliki nilai tukar. Akan tetapi sebaliknya ada barang yang mempunyai nilai tukar sangat tinggi, tetapi tidak begitu berfaedah dalam kehidupannya. Dan berdasarkan penjelasan diatas, secara nyata adam smith menyatakan bahwa nilai tukar dapat diartikan dengan kemampuan sesuatu barang untuk memperoleh barang lain. Hal ini sama dengan harga barang itu sendiri. Teori inilah yang menjadi kritikan keras dari karl marx yang menyebutnya sebagai proses eksploitasi. Kritik terhadap teori labour theory of value inilah yag menjadikan lahirnya teori nilai lebih (theory of surplus of value) yang merupakan landasan dari teori kelas lawan dari faham kapitalisme. [8]

            Gejala kapitalisme dianggap sebagai sebuah solusi untuk melakukan pembangunan di negara terbelakang. Teori sistem dunia yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan keberlanjutan pemikiran Frank dengan teori dependensinya. Pendapat Frank, Sweezy dan Wallerstein mengacu pada model yang dikenalkan oleh Adam Smith. Menurut Smith, pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat memiliki kesamaan dengan pembangunan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan sebuah fungsi yang berhubungan dengan tingkat pembagian kerja.

            Inti pemikiran Smith adalah bahwa proses produksi dan distribusi ini harus lepas dari campur tangan pemerintah dan perdagangan bebas. Proses ekonomi hanya akan berjalan melalui tangan-tangan tak kelihatan yang mengatur bagaimana produksi dan distribusi kekayaan ekonomi itu berjalan secara adil. Biarkan para pengusaha, tenaga kerja, pedagang bekerja mencari keuntungan sendiri. Siapapun tak boleh mencampurinya, karena ekonomi hanya bisa muncul dari perdagangan yang adil. Karenanya, pemerintah harus menjadi penonton tak berpihak. Ia tak boleh mendukung siapapun yang sedang menumpuk kekayaan pun yang tak lagi punya kekayaan. Tangan-tangan yang tak kelihatan akan menunjukkan bagaimana semua bekerja secara adil, secara fair.

            Gagasan Marx tentang tahapan revolusi ternyata runtuh. Marx menyatakan bahwa negara terbelakang akan memerlukan dua tahap revolusi, yaitu revolusi borjuis dan revolusi sosialis. Revolusi borjuis dilakukan oleh kelas borjuis nasional untuk melawan penindasan oleh negara maju dan kemudian baru berlanjut pada revolusi sosialis oleh kelas proletar.

Asumsi ini runtuh karena kelas borjuis nasional ternyata tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya sebagai pembebas kelas proletar dari eksploitasi kapitalisme, karena kelas borjuis nasional sendiri merupakan bentukan dan alat kapitalisme negara maju.

c. Ciri- Ciri Kapitalisme

Ciri-ciri dari kapitalisme antara lain: [9]

1)      Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi dimana Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu dan Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik bagi dirinya.

2)      Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar dimana Pasar berfungsi memberikan “signal” kepda produsen dan konsumen dalam bentuk harga-harga. Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin. “The Invisible Hand” yang mengatur perekonomian menjadi efisien. Motif yang menggerakkan perekonomian mencari laba

3)      Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar kepentingan sendiri. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno (disebut hedonisme).

4)      Mementingkan diri sendiri. Karena menekankan individualisme. Maka dalam faham kapitalisme setiap individu sepenuhnya dibebaskan berorentasi pada dirinya sendiri. Segala aktivitas sosial dan ekonomi murni digunakan untuk kepentingan diri sendiri. Para kapitalis percaya bahwa ada tangan tangan gaib yang akan mempertemukansetiap kepentingan individu tersebut dalam sebuah titik keseimbangan.

5)      Persaingan bebas. Dalam sistem kapitalis persaingan antar individu di masyarakat dimungkinkan. Persaingan dapat terjadi antar penjual yang memberikan kualitas terbaik kepada pembeli. Sebaliknya para pembeli dapat bersaing untuk mendapat harga yang terbaik.

6)      Harga sebagai penentu. Para kapitalisme percaya bahwa pada mekanisme pasar yang bekerja untuk menentukan harga keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa. Dalam kondisi apapun negara tidak boleh melakukan intervensi terhadap pasar. Jika pada suatu waktu mengalami kelebihan barang yang mengakibatkan kemerosotan harga maka pemerintah dihimbau untuk diam saja. Karena mekanisme pasar dengan sendirinya akan menentukan harga keseimbangan yang baru.

d. Kelebihan dan Kelemahan Kapitalisme[10]

1)      Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi barang-barang.

2)      Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan segala hal yang terbaik dirinya.

3)      Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan biaya yang diperlukan lebih kecil.

4)      Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna dan persaingan monopolistik.

5)      Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, karena adanya faktor-faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan upah buruh dan lain-lain

e. Kapitalisme Di Indonesia

Kapitalisme di Indonesia adalah cangkokan dari Eropa yang dalam beberapa hal tak sama dengan kapitalisme yang tumbuh dan dibesarkan dalam negerinya sendiri, yakni Eropa dan Amerika Utara.

kebangkitan kapitalisme dan industrialisasi di Indonesia terjadi pada tahun 1966, ketika Orde Baru mulai menjalankan kekuasaannya. Tahun 1966 merupakan tonggak sejarah penting bagi bangsa Indonesia, bukan saja dalam konteks politik tetapi juga dalam konteks ekonomi. Gaya kepemimpinan otoriter Presiden Soeharto yang didukung oleh pejabat militer dan teknokrat, yang lebih mengedepankan pertumbuhan ekonomi, membawa konsekuensi kepada kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik yang cenderung memihak kepada kepentingan pemilik modal, baik investor domestik yang didominasi oleh pengusaha etnik Tionghoa, maupun investor asing yang berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat. [11]

Kapitalisme secara filosofi memiliki makna sebagai aktivitas usaha yang menggunakan kekuatan modal (capital) berupa mesin dan alat-alat produksi di tangan swasta untuk menghasilkan laba. Kepemilikan barang-barang modal (capital goods) berupa mesin dan alat-alat produksi tersebut diyakini sebagai unsur uatam selain buruh (labor) yang akan menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Dengan demikian, berbicara industri pengolahan berarti berbicara mengenai agribisnis, pertambangan, perdagangan, properti, jasa-jasa perbankan dan lain-lain, sepanjang aktivitasnya menggunakan kaidah-kaidah kapitalisme dan melibatkan modal dalam maupun luar negeri.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perjalanan aktivitas bisnis kelompok pengusaha besar di Indonesia baik pengusaha pribumi, maupun pengusaha keturunan Tionghoa sangat bergantung kepada kaitan-kaitan antara politik dan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah Orde Baru. Kaitan-kaitan ini berhasil menciptakan lingkungan ideologi politik dan lingkungan ekonomi yang mau menerima upaya-upaya berorientasi kapitalisme yang dijalankan elit kekuasaan Orde Baru.

Pada masa Orde Baru berkuasa, masyarakat awam sulit untuk membedakan antara bisnis murni yang memanfaatkan kombinasi sumberdaya-sumberdaya ekonomi secara efisisen, dengan bisnis yang dilatarbelakangi pemburuan rente (rent seeking), dengan memanfaatkan kontrol atas sumberdaya ekonomi yang diberikan pemerintah kepada kelompok usaha besar, seperti pemberian hak monopoli usaha, pemanfaatan lahan, yang ditujukan untuk memaksimumkan laba tanpa menanamkan modal untuk kegiatan produksi.Sesungguhnya, di sinilah letak kesalahan mendasar penguasa rezim Orde Baru yang mempersempit akses pengusaha bisnis kecil dan menengah.

Krisis ekonomi yang melanda bangsa indonesia bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba- tiba. Penyebab krisis ekonomi yang paling mendasar adalah karakter perekonomian indonesia yang bersifat kapitalisme. Hal ini tampak pada sangat mesranya hubungan penguasa dengan pengusaha di indonesia. Dalam perkembangannya tidak hanya hubungan penguasa dengan pengusaha tampak sangat erat, sejumlah anak atau mantan pejabat terjun menjadi pengusaha sedangkan beberapa pengusaha beralih profesi menjadi penguasa. [12]

Keserakahan para pengusaha kapitalisme untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya telah mendorong mereka untuk berutang secara berlebihan kepada masyarakat indonesia. Maksudnya alokasi dari APBN digunakan untuk membiayai perluasan usaha milik mereka sendiri. Dari keserakahan pengusaha itulah berimbas pada rakyat indonesia. Rakyat banyak terpaksa ikut menderita oleh ulah para pengusaha kapitalisme tersebut. Harga kebutuhan bahan pokok terus melambung, sebagian dari rakyat indonesia kehilangan pekerjaanya. Bahkan beberapa jenis kebutuhan masyatrakat menghilang dari pasaran. Dan akibatnya tidak hanya yang berniat memiliki rumah terpaksa mengurungkan niatnya, yang menderita sakitpun terpaksa memilih berdiam diri di rumah.[13]

 

2.                  Hubungan Kapitalisme dengan Pembangunan

a.  Aspek  Ekonomi

Istilah kapitalisme berarti kekuasaan ada di tangan kapital, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan pada keuntungan, di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini. Terdapat tiga unsur penting dalam kapitalisme: pengutamaan kepentingan pribadi (individualisme), persaingan (kompetisi) dan pengerukan kuntungan. Individualisme penting dalam kapitalisme, sebab manusia melihat diri mereka sendiri bukanlah sebagai bagian dari masyarakat, akan tetapi sebagai “individu-individu” yang sendirian dan harus berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. “Masyarakat kapitalis” adalah arena di mana para individu berkompetisi satu sama lain dalam kondisi yang sangat sengit dan kasar. [14]

Menurut cara berpikir yang dijadikan dasar berpijak kapitalisme, setiap individu – dan ini dapat berupa seseorang, sebuah perusahaan atau suatu bangsa – harus berjuang atau berperang hanya untuk kemajuan dan kepentingannya sendiri. Yang paling menentukan dalam peperangan ini adalah produksi. Para produsen yang paling unggul akan bertahan hidup, sedang yang lemah dan tidak mampu bersaing akan tersingkir dan mati. Inilah sistem yang sedang berlaku, dan seolah tidak ada kepedulian bahwa mereka yang tersingkirkan dalam perjuangan sengit ini, mereka yang terinjak-injak dan jatuh ke jurang kemiskinan adalah manusia. Sebaliknya yang justru dianggap lebih penting bukanlah manusia, akan tetapi pertumbuhan ekonomi, dan barang-barang, yakni produk dari pertumbuhan ekonomi ini. Dengan sebab ini, mentalitas kapitalis tidak merasakan adanya tanggung jawab moral atau hati nurani atas orang-orang yang terinjak di bawah kaki mereka, dan yang harus hidup dengan berbagai kesulitan. 

Moralitas kapitalis ini telah menjadi sangat berpengaruh hampir di seluruh masyarakat masa kini. Dengan dalih ini, kaum miskin, lemah dan tak berdaya tidak diberikan bantuan serta perlindungan. Bahkan jika mereka terjangkiti penyakit parah dan mematikan, mereka tidak mampu mendapatkan siapa saja yang dapat membantu mengobati. Kaum papa diterlantarkan begitu saja dengan penyakitnya hingga meninggal. Di banyak negara, berbagai kedzaliman dan tindakan tak manusiawi seperti pemaksaan anak-anak secara kasar untuk bekerja dan perampasan hak-hak sosial sangatlah sering dijumpai.

Sebagai contoh, ketika krisis ekonomi melanda berbagai negeri, hampir semua strategi pemulihan ekonomi berpijak pada paradigma kapitalisme. Banyak negara mengikuti resep-resep IMF dan Bank Dunia, dua lembaga internasional dan simbol hegemoni kapitalisme global. Liberalisasi kebijakan perdagangan, pembukaan pasar modal bagi investor asing, rekapitalisasi industri besar, dan pengurangan campur tangan negara dalam pembangunan ekonomi, dipercayai sebagai obat mujarab bagi pemulihan ekonomi. Keyakinan ini semakin disulut oleh gagasan Milton Friedman dan Fukuyama; bahwa kalau pembangunan ekonomi ingin maju, maka  peran negara harus diminimalisir dan kekuasaan bisnis harus diutamakan.[15]

Keunggulan dan kemenangan kapitalisme memang sangat mengesankan. Lebih dari dua abad setelah terbitnya buku The Wealth of Nation karya mahaguru kapitalisme Adam Smith, sistem ekonomi kapitalistik berhasil mengalahkan semua pesaingnya dari ideologi lain. Pada akhir Perang Dunia II, hanya dua kawasan bumi yang tidak komunis, otoriter, atau sosialis, yakni Amerika Utara dan Swis. Kini selain kita menyaksikan negara-negara komunis rontok satu demi satu, hampir tak ada satupun negara yang saat ini bebas dari Coca-cola, McDonald, KFC dan Levis, lambang supremasi corporate capitalism yang menguasai sistem ekonomi abad 21. [16]

 Namun demikian, setelah kapitalisme memonopoli hampir seluruh sistem ekonomi, kini semakin banyak pengamat yang menggugat apakah sistem yang didasari persaingan pasar bebas ini mampu menjawab berbagai permasalahan nasional maupun global. Sejarah juga menunjukkan bahwa kapitalisme bukanlah piranti paripurna yang tanpa masalah. Selain gagasan itu sering menyesatkan, terdapat banyak agenda pembangunan yang tidak mengalir jernih dalam arus sungai kapitalisme. Masalah seperti perusakan lingkungan, meningkatnya kemiskinan, melebarnya kesenjangan sosial, meroketnya pengangguran, dan merebaknya pelanggaran HAM serta berbagai masalah degradasi moral lainnya ditengarai sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari beroperasinya sistem ekonomi kapitalistik.

 Sinyalemen tersebut bukan tanpa bukti. Berdasarkan studinya di negara-negara berkembang, kapitalisme bukan saja telah gagal mengatasi krisis pembangunan, melainkan justru lebih memperburuk kondisi sosial-ekonomi di Dunia Ketiga. Dalam kapitalisme, negara hanya berperan sebagai penjaga malam guna menjamin mekanisme pasar berjalan lancar dan campur tangan negara yang terlalu besar dianggap hanya akan mengganggu beroperasinya pasar. Karenanya, dalam situasi yang tanpa tangan pengatur keadilan seperti itu, kapitalisme mudah terpeleset kedalam arogansi ekonomi, homo homini lupus, dan hedonisme yang melihat manusia hanya sebatas binatang ekonomi (homo economicus) yang motivasi, kebutuhan dan kesenangannya hanya mengejar pemuasan fisik-materi. Patokan tindakannya akan bercorak utilitarianistik, asas sebesar-besarnya manfaat dari sekecil-kecilnya pengorbanan.[17]

Dalam praktiknya, manfaat di sini kerap merosot maknanya menjadi sekadar konsumerisme-materialisme dan  pengorbanan sering terpeleset menjadi penindasan terselubung si kuat terhadap si lemah, majikan terhadap buruh, penguasa terhadap yang terkuasai. Produktivitas, efisiensi, dan pertumbuhan didewakan, sementara solidaritas, efektifitas, dan kesetaraan ditiadakan

b.                  Aspek  Pendidikan

Melihat pendidikan nasional kita saat ini, bongkar pasang sistem pendidikan nasional terus dilakukan guna mencari format yang tepat dengan semangat kapitalisme yang mengedepankan individualisme dan laba (profit oriented). Semangat ini mengakibatkan pendidikan menjadi kian mahal dan tidak bisa diakses oleh mayoritas rakyat Indonesia; sekitar 32 juta rakyat Indonesia sesungguhnya adalah buruh tani dan ada 90 juta jiwa petani gurem, 100 juta jiwa buruh tidak bisa mengakses pendidikan yang berkualitas sampai pada perguruan tinggi. Anak putus sekolah sekitar 4,5 juta jiwa, rasio partisipasi pendidikan penduduk Indonesia baru sebesar 68,4% dan tingkat pendidikan Indonesia rata-rata hanya sampai SMP. Sekitar 75-80% (7-8 orang dari tiap 10 orang) pelajar setingkat SD sampai SMA putus sekolah. Kurang lebih 60% (6 orang dari setiap 10 orang) pelajar setingkat SMU tak mampu melanjutkan ke bangku kuliah. Sementara subsidi yang diberikan oleh pemerintah dalam sektor publik termasuk pendidikan semakin menurun. Tahun ini saja pemerintah hanya mengalokasikan dana sebesar Rp 144,4 triliyun atau 14,3% dari total APBN 2010 untuk subsidi sektor publik, ini lebih rendah dari anggaran subsidi pada APBN-P 2009 yang mencapai Rp157,727 triliun.[18]

Penyerahan pengelolaan SDA yang tidak diperlukan bagi kepentingan rakyat, perjanjian perdagangan bebas membuat pendapatan Negara semakin menurun yang berimbas pada subsidi-subsidi sosial, termasuk pendidikan. Dalam pencarian dana oprasional inilah kapitalisasi pendidikan itu bermula. Lembaga-lembaga pendidikan mulai melakukan kerjasama dengan kaum modal, menaikan biaya pendidikan, membuka program-program studi yang berkaitan langsung dengan industri dan sebagainya.

            Pendidikan merupakan fenomena global yang diperlukan untuk membangun manusia menjadi manusia yang berguna bagi kehidupan secara menyeluruh. Pendidikan merupakan suatu proses membangun dan mengembangkan potensi (capacity building) setiap individu, kelompok, masyarakat dan bangsa untuk mencapai kemandirian, kedewasaan, kualitas, yang diperlukan totalitas hidup.

Secara tidak sadar, sitem pendidikan nasional kita telah terjebak dalam arus kapitalisme global. Dikotomi status Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan sekolah biasa merupakan pengejahwantahan kapitalisme dalam dunia pendidikan. Selayaknya visi pendidikan nasional perlu dikaji ulang. Kapitalisme merupakan pemikiran yang pernah tumbuh subur di awal abad 19. Menara komunisme masih berjaya menguasai segala lini kehidupan masyarakat dunia. Namun seiring ambruknya komunisme, segala pemikiran yang menjadi underbow komunisme juga turut hancur atau terpinggirkan digantikan wacana baru nasionalisme global.[19]

tidak sepenuhnya wacana kapitalisme sebagai pemikiran paling kuat dari komunisme hilang begitu saja. Kenyataannya, ide kapitalisme terus bermetaforfosis sasuai parkembangan. Di era suburnya nasionalisme global ini, pemikiran lakuan kapitalistik mewarnai setiap sendi kehidupan masyarakat modern. Sebut saja kehidupan sosial, ekonomi, politik, bahkan budaya, keseluruhannya ‘berorientasi’ kepada gagasan kapitalisme.

c.       Aspek  Budaya

Masyarakat yang hidup di zaman kapitalisme global adalah masyarakat konsumen. Masyarakat seperti demikian sebenarnya adalah masyarakat yang telah menjadi hamba dari ciptaannya sendiri, yaitu kapitalisme global. Kemajuan yang diusung dalam globalisasi telah membawa masyarakat dalam situasi terkungkung dalam jerat-jerat dan “rayuan” kapitalisme global, tatanan yang menawarkan berbagai kemudahan,keindahan, dan pemenuhan kebutuhan yang serba instan. Dengan budaya konsumsi yang dipegangnya,masyarakat konsumen sebenarnya merupakan hasil kreasi kapitalisme global. Perkembangan kapitalisme global membutuhkan adanya masyarakat konsumen (consumer society) yang akan melahap semua produk kapitalisme tersebut. Masyarakat konsumen adalah masyarakat yang eksistensinya dilihat hanya dengan pembedaan komoditi yang dikonsumsi. Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi.[20]

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan semakin dan terus menerusnya mengkonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi.

Bukan hanya dirinya saja yang mengaktualisasikan diri lewat tindakan konsumsi, orang lain juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya itu. Artinya eksistensi orang lain pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya.


B.     ANALISIS DAN DISKUSI

1.      Analisis

Kapitalisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Tokoh dari kapitalisme ini adalah adam smith. Faham ini dipakai di eropa pada abad ke 16 sampai abad ke 19. Faham ini intinya adalah siapa yang memiliki modal dan kekuasaan yang banyak maka dialah yang menang. Dan rakyat dan kaum buruhlah yang menderita di atas tindakan kaum kapitalis. Dan irononisnya faham ini sudah terjangkit di indonesia secara keseluruhan dari mulai kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, politik, pendidikan dan budaya.  Dan secara tidak langsung akan  berpengaruh pada pembangunan nasional.

Walaupun secara teori sistem perekonomian di Indonesia adalah memakai sistem demokrasi pancasila akan tetapi menurut saya itu tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Karena pada kenyataanya seseorang yang memiliki modal yang banyak dan kekuasaan maka dialah yang menang dan dapat menguasai faktor-faktor produksi yang ada di negara ini. Para produsen mementingkan bagaimana caranya produk yang dihasilkan itu laku dipasaran dan tidak mementingkan orang lain. Dan dampak dari itu mereka menciptakan masyarakat yang bergaya hidup hedonis dan konsumtif. Kita lihat dimasyarakat indonesia mempunyai budaya baru bersifat konsumtif.

Faham ini tidak hanya terjadi di pembangunan dibidang ekonomi. Akan tetapi dibidang pendidikan juga sudah ada faham kapitalisme. Hal ini terkait dengan maraknya sekolah yang berbasis internasional (SBI). Contoh sederhananya, jika kota anda ada Sekolah Berstandar Internasional (SBI) atau minimal masih Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yang bersebelahan dengan sekolah biasa, anda pasti menyaksikan suatu fenomena yang memprihatinkan. Betapa kesenjangan sosial sangat terlihat nyata dan menjadi hal yang lumrah. Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dipasti kan penuh dengan kemewahan. Sebaliknya, di sekolah biasa para siswa hanya berbekal kesederhanaan, kesenjangan tersebut merupakan pengejahwantahan gagasan kapitalisme dalam dunia pendidikan. Ironisnya cengraman kapitalisme diamini oleh selurauh ‘petinggi’ pendidikan nasional. Perbedaan yang menyolok performance sisiwa dan pengajar antara Sekolah berstandar Internasional (SBI) dengan sekolah biasa mengindikasikan munculnya kelas sosial dalam pendidikan.

Munculnya kelas sosial merupakan suatu akibat sistem pendidikan yang berbasis modal dan meletakkan kemampuan atau keceradasan adalah efek dari kekuatan modal. Dalam sistem pendidikan nasional, kecerdasan bisa dicapai apabila ditunjang oleh fasilitas lengkap (berteknologi tinggi). Dengan teknologi yang memadai, maka proses belajar akan berlangsung dengan baik. Logika tersbut telah menjadi landasan kegiatan belajar-mengajar dalam sistem pendidikan kita.

2.      Diskusi  

pertanyaan :

1.   apakah ada efek penguasaan sumber ekonomi oleh presiden Soeharto terhadap pembangunan? ( dari mahilla )

2.   dalam teori yang dikemukakan oleh adam smith bahwa buruh sebagai sumber kekayaan bangsa, maksudnya buruh di jadikan sebagai sumber kekayaan bangsa? ( dari Mahilla )

3.   ciri dari kapitalisme adalah persaingan bebas. Tetapi jika dilihat dari kapitalisme yang bisa bersaing adalah hanya orang yang mempunyai modal. Lalu bagaiman aitu bisa terjadi? (dari Taufiq Hidayat)

4.   kemarin ada berita bahwa pemerintahan obama di demo oleh warga amerika karena telah menerapkan pemerintahan yang kapitalis. Dan pertanyaannya apakah pemerintahan obama itu bersifat kapitalis jika dilihat dari ciri-ciri fahan kapitalisme? Dan pertanyaan yang kedua kalau seandainya sudah menerapkan kapitalisme dari dulu mengapa warga amerika baru mengecam dan demo pada akhir akhir ini? (dari Nila Wahyuningsih)

5.   mengapa faham kapitalisme itu lebih banyak kelemahannya saja dari pada kelebihannya? Dan apakah faham kapitalisme itu tidak ada kelebihannya? (dari M. Iqbal Habibi)

Jawaban:

1.      Efek bagi pengusaha tionghoa dan investor asing adalah sangat menguntungkan kareana semua kebijakan –kebijakan pemerintah sangat mendukung pengusaha pada saat itu. Seperti memihak kepada kepentingan pemilik modal,baik investor domestik yangb didominasi oleh pengusaha etnik tionghoa, maupun investor asing yang berasal dari negara-negara maju seperti amerika serikat dan negara-negara eropa barat. ( pemakalah Nurul Farida )

Efek bagi  pengusaha dalam negeri sendiri secara tidak langsung telah mematikan usaha para pengusaha itu sendiri. Karena sumber daya ekonomi yang diberikan pemerintah kepada kelompok usaha besar, seperti pemberian hak monopoli usaha, pemanfaatan lahan, yang ditujukan untuk pemaksimmumklan laba tanpa menanamkan modal untuk kegitan produksi. ( pemakalah Hamid Fadlullah )

2.      Maksud dari buruh sebagai sumber dari kekayaan bangsa adalah menurut adam smith dalam bukunya Wealth of Nation bahwa buruh itu sebagai penggerak dalam perekonomian. Dan tanpa adanya buruh perusahaan dalam masa itu tuidak dapat menjalankan produksi yang maksimal, walaupun pembagian kerja dalam buruh menimbulkan banyak masalah. Akantetapi sistem ekonomi yang terjadi sumber kesejahteraan bangsa diakui sebagai hasil keringat para buruh. ( pemakalah Nurul Farida)

3.      Memang benar bahwa ciri kapitalisme salah satunya adalah persaingan bebas. Dalam hal ini produsen yang mempunyai modal bebas untuk memberikan kualitas yang terbaik bagi para pembeli. Hal ini seperti dalam pengertian kapitalisme yaitu suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. ( pemakalah Khozaina )

4.      Menurut pendapat kami bahwa pemerintahan amerika serikat sebelum presiden barack obama pun sudah melakukan pemerintahan yang bersifat kapitalis. Dan dalam hal ini di masyarakat amerika tidak memandang siapapun ketika seseorang itu mempunyai capital yang banyak maka secara langsung bahwa orang tersebut yang menguasai perekonomian. ( pemakalah Hamid Fadlullah)

5.      Sebenarnya ada kelebihan dari faham kapitalisme diantaranya adalah lebih efisien dalam pemanfaatan sumber-sumber daya dan distribusi barang-barang dan kreatifitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan segala hal yang terbaik dalam dirinya. Menurut pendapat kami Faham kapitalisme lebih banyak kelemahannya di karenakan bahwa faham ini banyak merugikan masyarakat. Khususnya masyarakat kelas bawah.  ( pemakalah Khozaina)

Tambahan jawaban dari audien:

1. untuk pertanyaan no. 4 dari Nila Wahyuningsih  ( Taufiq Hidayat )

Menurut saya gejolak yang terjadi di AS belakang ini yang ditandai dengan demontrasi masyarakat terhadap Presiden Barrack Obama dipicu oleh beberapa kebijakannya yang kontroversial. Kita tentunya masih ingat bahwa warga AS menaruh harapan yang besar pada Obama sebelum ia menjadi presiden, yaitu memperbaiki perekonomian AS pasca krisis dan menghentikan imperialisasi di negara-negara berkembang. Alasan kedua ini yang terpenting, karena imperialisme yang dilakukan AS terutama di negara timur tengah saat pemerintahaan Josh Bush telah menelan banyak korban dan itu melanggar HAM. Terpilihnya Obama menjadi presiden AS memberikan harapan besar pada masyarakat  untuk menghentikan meliterisme di timur tengah. Namun kenyataannya, itu tidak terjadi, Obama dalam kebijakannya tetap menerapkan sistem kapitalisme dan meliterisme untuk menguasai dunia, khususnya di negara-negara timur tengah. Obama juga disebut-sebut sebagai dalang dari adanya gejolak politik dan konflik internal antar negara di timur tengah. Inilah yang membuat warga AS memprotes  presiden Obama sebagai peringatan untuk menjunjung perdamaian Dunia. Warga menyadari bahwa AS sebagai negara adikuasa sekaligus polisi dunia harusnya menjadi contoh yang baik dan membantu menyelesaikan berbagai persoalan negara-negara di dunia, bukan sebaliknya menciptakan permasalahan di dunia.

 

 

 

C.    KESIMPULAN

1.      Pengertian kapitalisme secara etimologi berasal dari bahasa latin caput yang berarti “kepala”. Dan  kata ism mengacu kepada “paham”, “ideologi”. cara pandang atau cara hidup yang diterima oleh sekelompok luas masyarakat dan karenanya menjadi konvensi. Sedangkan pengertian kapitalisme  termologi adalah Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Kapitalisme lahir pada pandangan filsafat ekonomi klasik, terutama ajaran Adam Smith yang dituangkan dalam karyanya Wealth Of Nation (1776). Ciri dari faham kapitalisme antara lain adalah: pengakuan yang luas atas hak pribadi, perekonomian diatur oleh mekanisme pasar, mementingkan diri sendiri, persaingan bebas dan harga tidak menentu. Dan kapitalisme berkuasa di indonesi pada saat masa orde baru berkuasa.

2.      Hubungan kapitalisme dengan pembangunan yang ada di indonesia terjadi di segala bidang.

a.       ekonomi, dengan banyaknya perusahaan perusahaan yang berjuang dan berperang hanya untuk kepentingan sendiri.

b.      pendidikan dengan adanya bongkar pasang sistem pendidikan nasional terus di lakukan guna mencari format yang tepat dengan semangant kapitalisme yang mengedepankan individualisme dan laba.

c.       budaya kapitalisme telah membuat masyarakat menjadi masyarakat yang konsumtif.  



[1] Wahyu Budi Nugroho. 2011. (online) Sejarah Kapitalisme.
[2] George Ostler. 1986. The Litte Oxford Dictonary..  Hlm 75
[3] M. Dahlan,dkk. 2003. Kamus Induk Istilah Seri Intelektual. Hlm 358
[4] Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hlm 389
[5]Robert  Heilbroner. 1984. Runtuhnya Peradapan Kapitalisme. Hlm 17
[6] Mansour fakih. 2009. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Hlm 41
[7] Deliarnov. 2007. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Hlm 37
[8]  Op.cit. hlm 15
[9]  Robert  Heilbroner. 1984. Runtuhnya Peradapan Kapitalisme. Hlm 23
 
[10] Tom Gorman. 2009. The Complete Ideal’s Guides: Economic. Hlm 95
[11] Op,cit. Hlm 30
[12] Mansour fakih. 2009. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Hlm 43
 
[13] Revrisond baswir. 1999. Dilema Kapitalisme Perkoncoan. Hlm 30-34
[15] Op,cit. Hlm 36
[16] Mark klousen. 2005. Sang Maestro “ Teori-Teori Ekonomi Modern”: Sejarah Pemikiran Ekonomi. Hlm 35
[17] Robert  Heilbroner. 1984. Runtuhnya Peradapan Kapitalisme. Hlm  33
 
 
[18] Tefur. 2010. (online) Pendidikan Nasional Kapitalisme. (http://tefur88.blogspot.com/2010/12/pendidikan-nasional-kapitalisme.html, diakses tanggal 23 oktober 2011)
[19] Dadang  Nurjaman. 2011. Kapitalisme pendidikan. (online) (http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/01_Selu%20Revisi.pdf, diakses tanggal  22 oktober 2011)
[20] Selu Margaretha Kushendrawati. 2006. Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan Kapitalisme Global: Fenomena Budaya Dalam Realitas Sosial: Makara, Sosial Humaniora, Vol. 10, No. 2, Desember 2006: 49-57. Hlm 53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar